Senin, 16 Mei 2011

Seratan kepada Batu Nisan

Doa seorang anak pada orang yang tercinta.......

Dengan rintihan gemuruh jiwa antara rindu dan benci, aku merangkai kata dalam coretan ini. Aku rindu pada sosok seperti itu, dikala aku teringat padanya seakan sang penguasa waktu menghentikan detak jantungnya, kosentrasiku terpecah entah kemana. Ya aku rindu sekali dengan sosok itu, di pelupuk mataku yang tak mampu menengok akan indahnya dunia, hanya pahit dan asam ku rasa. Indera yang lumpuh tanpa piranti yang tersandar diantara kedua daun indera suara, yang syarat penuh bisikan kotor dari kejamnya dunia fana yang merubah segala. Aku tak peduli lagi, meski helaian kanvasku habis dan tak tersisa lagi, penyerut sudah tak sanggup lagi meruncingkan pedang guna menggoreskan tangisan rindu padamu. Beribu-ribu untaian kidung yang elok selalu ku sematkan di tiap bait, agar semua tahu bahwa aku rindu padamu sosok yang menjadi ksatria inspirasiku,sempat aku berkhayal aku bisa mencontoh tindakanmu, yang senantiasa selalu setia akan pasangan hidupmu, tersakiti tertatih berai pahit asam yang tercipta darinya kepadamu, namun rasamu selalu tegar, sehingga aku tak pernah tahu bagaimana sosokmu saat kau menngis tersendu. Dengan berlandas itu engkau selalu ada untuknya meski bagaimana kondisimu.aku ingin sepertimu layak pejuang nan gagah perkasa melindungi bahtera kehidupannya. Mengucurkan tetesan keringat yang menyeruak dahaga dari tubuhmu menjadi serasa dan semanis madu di anggota pasukan bahtera hidupmu tak terkecuali aku. Selalu menjadi kesukaan dan ribuan kerinduan bagi para penerus masamu. Masih sangat segar di berjuta piringan yang menyimpan berjuta kenangan diotakku anugerah Sang Pencipta. Saat engkau harus dengan terpaksa berpisah dengan belahan separuh jiwamu yang pergi meninggalkanmu.aku hanya mampu berkata engkau tak sendiri disini masih banyak buah hatimu yang ingin menopang ragamu yang termakan waktu, merawatmu menjagamu. Tetesan mataku jatuh lagi untuk kesekian kali saat ku menyerat tulisan ini, terus merasuk kedalam benakku yang usang akan kotoran-kotoran dunia global. Aku terus berusaha merajut untaian kalimatku sambil tak kuasa aku terbayang parasmu. Aku selalu mendambakan usapan kehangatan telapak tanganmu yang selalu menghujam tubuhku yang rentan di kala aku sesedih ini. Gelak tawamu yang renyah digendang daun telingaku. Pesan riwayatmu untuk buah hatimu yang terpatri di dalam kalbu.
Di bawah tanah memerah ini kau rebahkan tubuhmu itu untuk terakhir kali, selama itu pula aku hidup bersamamu melintasi lorong waktu yang penuh keindahan, namun yang ingin ku ketahui adalah tegukan air suri tauladanmu yang ingin ku tiru, aku sadar tetesan air berlian dari kedua mataku tak sanggup lagi menghadir engkau kembali dihapanku untuk kedua kalinya, mungkin inilah pilihan takdir terbaik dari Sang Maha Kuasa untukmu dan untukku. Hanya satu yang ku bisa kuberikan untukmu, yaitu rangkaian pinta serta tetesan berlian menjadi satu dalam doa pada Sang Khaliq agar kau senantiasa dilimpahkan secerah kebahagian diperistirahatan terakhirmu jauh lebih membahagiakan dari semasa hayatmu. Ini adalah titipan dari buah hatimu yang belum mampu berbakti padamu.....
Terima kasih BAPAK...


21 april 2011 menyeruak di bawah hening malam dalam kesunyian

Tidak ada komentar: